PRINSIP HIDUP QANA'AH
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا
وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ (مسلم :1054)
“Sungguh beruntung orang yang beragama Islam, diberi
rizqi secara cukup, dan Allah swt. memberikannya sifat qana’ah terhadap apa
yang diberikan Allah swt. kepadanya.” (Shahih Muslim, no. 1054)
Dalam hadist ini Rasulullah mengajari
kita tentang makna qana’ah. yaitu, kepuasaan jiwa terhadap rezeki yang
diberikan oleh Allah swt. orang yang qana’ah adalah orang yang kaya, walaupun
dia jatuh miskin. Dia akan bisa menerima kemiskinannya itu sebagaimana dia
menerima kekayaannya. tidak menggugat atas kemiskinan, dan congkak serta
takabur atas kekayaan. Sesungguhnya semua nikmat dan ujian adalah dari Allah
swt.
Prinsip hidup qanaah ialah hidup dengan merasa cukup
dengan segala nikmat yang telah diberikan Allah. Namun demikian, qana’ah
bukanlah hidup berpangku tangan tanpa berusaha, lantas berharap rezeki dari
Allah. Qana’ah malah hidup dengan cara tetap aktif berusaha dan bersyukur.
Perkara jumlah rezeki didapat setelah diusahakan, diserahkan sepenuhnya kepada
Sang Pemberi rezeki, Allah SWT. Diberi sedikit disyukuri, diberi banyak
apalagi. Karena qana’ah disini adalah qana’ah hati bukan qana’ah ihtiyar.
Jadi sebetulnya Qana'ah itu mengandung lima unsur:
ü Menerima dengan rela apa yang ada.
ü Memohon kepada Allah tambahan yang pantas dan berusaha.
ü Menerima dengan sabar atas taqdir Allah.
ü Bertawakal kepada Allah.
ü Tidak tertarik oleh tipudaya dunia.
Agar kita dapat memiliki hati yang qana’ah maka ada beberapa cara yang bisa
kita lakukan
1. Memahami bahwa kekayaan ada dihati.
Rasulullah saw bersabda yang artinya
Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi SAW : „ Bukanlah kekayaan
itu banyak harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan
hati". ( H.R.Bukhari dan Muslim)
2. Menyadari
Beratnya Tanggung Jawab Harta
Bahwa harta akan mengakibatkan keburukan dan bencana
bagi pemilik nya jika dia tidak mendapatkan nya dengan cara yang baik serta
tidak membelanjakannya dalam hal yang baik pula.
Ketika seorang hamba ditanya tantang umur, badan, dan
ilmunya maka hanya ditanya dengan satu pertanyaan yakni untuk apa, namun
tentang harta maka dia dihisab dua kali, yakni dari mana memperoleh dan ke mana
membelanjakannya. Hal ini menunjukkan beratnya hisab orang yang diberi amanat
harta
3. Yaqin bahwa Rizki Telah Tertulis.
Seorang muslim yakin bahwa rizkinya sudah tertulis
sejak dirinya berada di dalam kandungan ibunya. Seorang hamba hanya diperintahkan
untuk berusaha dan bekerja dengan keyakinan bahwa Allah subhanahu
wata’ala yang memberinya rizki dan bahwa rizkinya telah tertulis.
Sebagaimana di dalam hadits dari Ibnu Mas’ud ra., disebutkan sabda
Rasulullah saw. “Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin)
seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka
ditulislah rizkinya, ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya.” (HR.
al-Bukhari, Muslim dan Ahmad
4. Memikirkan Ayat-ayat al-Qur’an yang Agung.
Terutama sekali ayat-ayat yang berkenaan dengan
masalah rizki dan bekerja (usaha). Diantaranya adalah firmaNya,
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ
لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ
مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (فاطر : 2 )
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka
tidak ada seorang pun yang dapat menahannya. dan apa saja yang ditahan oleh
Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah
itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.
Fathiir:2)
ومَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (هود:6)
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh).”(QS. Huud:6)
5. Menyadari bahwa
Rizki Tidak Diukur dengan Kepandaian
Kita harus menyadari bahwa rizki seseorang itu tidak
tergantung kepada kecerdasan akal semata, kepada banyaknya aktivitas, keluasan
ilmu, meskipun dalam sebagiannya itu merupakan sebab rizki, namun bukan ukuran
secara pasti. Kesadaran tentang hal ini akan menjadikan seseorang bersikap
qana’ah, terutama ketika melihat orang yang lebih bodoh, pendidikannya lebih
rendah dan tidak berpengalaman mendapatkan rizki lebih banyak daripada dirinya,
sehingga tidak memunculkan sikap dengki dan iri.
6. Melihat ke Bawah dalam Hal Dunia
Dalam urusan dunia hendaklah kita melihat kepada orang
yang lebih rendah, jangan melihat kepada yang lebih tinggi, sebagaimana sabda
Nabi saw,yang artinya....
“Lihatlah kepada orang yang lebih
rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu.
Yang demikian lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)
Jika saat ini kita sedang sakit maka
yakinlah bahwa selain kita masih ada lagi lebih parah sakitnya. Jika kita merasa
fakir maka tentu di sana masih ada orang lain yang lebih fakir lagi dan
seterusnya.
7. Membaca Kehidupan Salaf
Yakni melihat bagaimana keadaan mereka dalam menyikapi
dunia, bagaimana kezuhudan mereka, qana’ah mereka terhadap yang mereka peroleh
meskipun hanya sedikit. Di antara mereka ada yang memperoleh harta yang
melimpah, namun mereka justru memberikannya kepada yang lain dan yang lebih
membutuhkan.
Yang terakhir. Banyak Memohon Qana’ah kepada Allah
Rasulullah saw adalah manusia yang
paling qana’ah, ridha dengan apa yang ada dan paling banyak zuhudnya. Beliau
juga seorang yang paling kuat iman dan keyakinannya, namun demikian beliau
masih meminta kepada Allah swt. agar diberikan qana’ah, beliau bedoa,
“Ya Allah berikan aku sikap qana’ah
terhadap apa yang Engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan
gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik.” (HR al-Hakim, beliau menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi)
demikianlah artikel yang saya buat semoga dapat bermanfaat bagi kitaWassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar